Selasa, 20 Desember 2011

Sahabat adalah Pacar

Pada suatu hari, ketika aku duduk di bangku panjang di sudut sekolah, datang seorang cewek yang cantik, namanya Lili. “hey.., lagi ngapain ?”, “lagi baca-baca aja” jawabku. “Alif, Lili boleh tanya nggak ?” dia bertanya lagi padaku. “boleh, Lili mau tanya apa ?”
“gini, tadi ada cowok yang nembak Lili, belum Lili jawab sih, Lili mau minta pendapat Alif dulu”
Aku heran, kenapa Lili minta pendapatku, padahal aku hanya sahabatnya. Aku kembali bertanya “memangnya siapa cowok itu ?”
“Radit..”, dengan wajah gembira Lili menjawab. Tanpa pikir lagi, aku pun langsung berkata “terima aja Li, toh dia kan ganteng, baik, dan pujaan cewek lagi”
“yang bener Lif.., iya deh, Lili terima aja”.

Akhirnya, Lili pacaran dengan cowok itu. Semulanya aku enggak merasakan apa-apa, tapi beberapa hari kemudian, setelah Lili pacaran dengan cowok itu, aku merasa kesepian. Rasanya aku kehilangan sesuatu, biasanya aku selalu bersama-sama dengan Lili, tapi sekarang tidak lagi. Memang ia sih, Lili itu seorang cewek yang cantik, manis dan selalu menjadi rebutan cowok-cowok di SMA, tapi dia adalah sahabatku yang baik yang selalu menemaniku, yang tidak memandangku dari sisi manapun.

Ketika aku berjalan menuju kekantin, terlihat sesosok Lili bersama cowoknya sedang bermesraan. Jantungku pun langsung berdetak kencang seperti jam gadang yang terletak di Padang. Timbul rasa cemburu di hatiku, aku enggak tahu, kenapa aku bisa begini. Kemudian aku duduk di pojok kantin dengan di temani segelas es teh susu, dia pun datang dan duduk di kantin itu juga bersama cowoknya.

“ah, sialan.., jantungku berdetak kencang lagi” kataku dalam hati.
Lili tidak menegur aku, dia hanya melihat saja, aku pun tidak menegurnya. Kemudian aku pergi dari kantin itu dengan wajah yang agak kusam, mungkin aku telah jatuh cinta dengannya sehingga aku merasakan api cemburu yang begitu besar di dadaku. Setelah itu aku nggak pernah lagi bertemu dengannya.

Dua bulan kemudian…,
Pada suatu malam, ketika aku sedang menulis cerpen, terdengar suara cewek yang memanggilku di depan rumah, “Alif.., Alif.. ?” aku langsung bergegas keluar rumah.

“loh.., kok Lili nangis, kenapa ?” tanyaku.“Lili sedih Lif.., cowok Lili selingkuh” Lili menjawab dengan nafas yang terengah-engah dan memeluk tubuhku. Aku pun terkejut dan berkata “kan udah Alif bilang, Lili enggak usah percaya sama cowok itu !”

“iya.., iya.., Lili menyesal Alif” kata Lili.

“udah, sekarang Lili pulang ke rumah aja, jangan pikirkan cowok itu lagi, masih banyak kok cowok yang suka sama Lili” kataku dengan harapan bisa mengambil hatinya.
“Enggak.., Lili mau disini aja, Lili enggak mau pulang…, enggak mau”
Kami pun duduk di kursi panjang yang ada di depan rumahku.
“ya udah, sekarang pejamkan mata Lili dan rasakan angin yang berhembus.” Lili pun memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya ke pundakku, beberapa menit kemudian dia tertidur. Aku nggak bisa tidur, aku menjaganya dari malam sampai pagi, setelah Lili bangun, aku langsung mengantar ke rumahnya.

Setelah kejadian malam itu, Lili kembali baik denganku bahkan lebih dari biasanya. Kami selalu bersama, baik di sekolah maupun dirumah. Di saat semua kesenangan itu terjadi, orang tuaku pindah tugas ke luar negeri, aku pun terpaksa harus mengikuti orang tuaku. Aku nggak ke sekolah beberapa hari sebelum berangkat dan aku nggak memberitahu soal ini kepada Lili. Ketika aku mau pergi, aku hanya menulis sepucuk surat kepadanya, yang aku titip kepada satpam rumahku.

Lili pun beberapa hari ini mencariku di sekolah, dia tidak menemukan aku di sekolah, akhirnya dia pergi kerumahku.
“pak..! Alif nya ada enggak ?” tanya Lili.
“Den Alif nya baru aja pergi non”
“pergi kemana pak ? kok nggak bilang-bilang??”
''Den Alif nya pergi ke luar negri, orang tuanya pun pindah tugas ke sana. ini ada surat dari Den Alif non.

Lili langsung membaca isi surat itu.


Dear Lili,
Mungkin saat Lili membaca surat ini, Alif udah enggak di sana lagi. Alif sekarang pindah ke luar negeri, karena orang tua Alif pindah tugas. Alif tahu, Lili pasti sedih…, tapi apa boleh buat, mungkin kita enggak di takdirkan bersama.
Sebenernya.., dari dulu Alif sudah suka sama Lili, cuma Alif enggak punya keberanian untuk ungkapin. Alif hanya sampah, Alif bukan siapa-siapa, Alif culun, Alif enggak pantas buat Lili…
Mungkin dengan kepergian ini, Alif bisa melupakan Lili. Mudah-mudahan Lili bisa dapet sahabat baru yang lebih baik dari Alif…
Sahabatmu Alif :)


Setelah membaca surat tersebut, Lili langsung bergegas berlari menuju bandara. Dia terlambat, pesawat yang di tumpangi Alif sudah terbang. Dia menangis dan duduk di bangku yang terletak di ruang tunggu. Seorang anak kecil pun datang dan memberikan kertas yang bertuliskan…

*pergi ke taman bandara sekarang..!

Lili langsung pergi ke taman dengan tangisannya, kemudian dia terdiam. Sebuah alunan musik yang romantis, taman yang bertaburan bunga dan lilin yang membentuk sebuah jalan terbentang di hadapan Lili. Tangisan Lili pun berhenti dan dia melihat sebuah tanda panah yang menuju titik tengah taman tersebut, dia pun perlahan-lahan berjalan sambil menikamati musik tersebut. Setelah tiba di tengah taman tersebut, dia nggak menemukan apa-apa.

Kemudian terdengar, “Lili.., ini Alif persembahkan buat Lili, jangan nangis lagi ya !” Lili pun langsung menoleh kebelakang dan langsung memeluk aku.
“iya, sekarang Lili enggak nangis lagi kok, tapi kalo Alif lepas pelukan ini, Lili akan nangis lagi”

Orang tuaku nggak jadi pindah karena pemindahan tugas di batalkan. Aku sangat senang. Malam itu juga, aku menyatakan perasaanku pada Lili dan akhirnya dia menerimaku menjadi pacarnya. Dari sini aku mendapat pelajaran bahwa, jika kita memiliki perasaan janganlah di pendam, ungkapkanlah perasaan itu walaupun pahit rasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar